2.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1
2.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1
Awaluddin Hasibuan, S.Kom
CGP
Angkatan 9 Kab. Padang Lawas
·
Buatlah kesimpulan
tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana hal
ini dapat dilakukan di kelas.
·
Jelaskan bagaimana
pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan
membantu mencapai hasil belajar yang optimal. Jelaskan pula
bagaimana Anda melihat kaitan antara materi dalam modul ini dengan modul lain
di Program Pendidikan Guru Penggerak.
·
Tuangkan kesimpulan yang
Anda buat tersebut dengan menggunakan cara atau media yang dapat Anda pilih
sendiri. Anda dapat memilih menulis artikel, membuat infografik, vlogging (video
blogging), dsb.
·
Unggahlah
hasil kerja Anda pada kegiatan ini.
Sebelum Saya Tuliskan Artikel
Koneksi antar materi modul 2.1 Ini, Saya
Ucapkan Terima Kasih Kepada :
1. Ibu
Dewi Kristina Tampubolon, S.Pd, Gr.
Selaku Fasilitator CGP Angkatan 9
2. Bapak
Ibarahim Siregar, S.Pd., M.Si Selaku
Pengajar Praktik CGP Angkatan 9
Yang
Sudah bersusah payah membimbing kami sampai saat ini.
Assalamu’alaikum, Wr.
Wb.
Salam dan bahagia untuk kita semua
A. Pembelajaran Berdiferensiasi
Menurut
Tomlinson (2000) Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses
pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan
belajar individu setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi bisa diartikan sebagai
serangkaian keputusan masuk akal (common
sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi
kepada kebutuhan murid. Atau dalam definisi lain pembelajaran berdiferensiasi merupakan
ragam pembelajaran yang di rancang untuk mengakomodir pemenuhan kebutuhan belajar
murid dengan memperhatikan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid.
B. Pembelajaran Berdiferensiasi Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Dan Membantu Mencapai Hasil Belajar Optimal
Pembelajaran berdiferensiasi
sangat cocok diterapkan karena memiliki konsep untuk memenuhi kebutuhan belajar
murid untuk mencapai hasil belajar yang optimal, yaitu: (1) Pembelajaran berdiferensiasi
bersifat proaktif, di dalam kelas yang berdiferensiasi guru memahami bahwa setiap
siswa memiliki kebutuhan
belajar yang berbeda, maka dari itu guru secara proaktif akan merencanakan berbagai
macam cara atau teknik untuk memenuhi kebutuhan murid tersebut. (2) Pembelajaran berdiferensiasi lebih menekankan
pada kualitas, bukan kuantitas. Pembelajaran berdiferensiasi sering di asumsikan
dengan memberikan lebih banyak tugas untuk dikerjakan siswa, sementara siswa yang
lain diberikan tugas lebih sedikit. Sebagai contoh, guru memberikan 30 soal bagi
siswa yang lebih pintar fisika, sementara yang memiliki kemampuan kurang diberikan
5 soal. Walaupun secara rasional dilakukan untuk memenuhi kebutuhan belajar, namun
itu tidak efektif. Hal tersebut di karenakan, pemberian soal yang lebih banyak bagi
siswa yang lebih mahir matematika, itu tidak hanya tidak mengatasi masalah namun
terkesan memberikan hukuman. Siswa yang sudah bisa mendemostrasikan pemahaman mereka
pada sebuah konsep perkalian, misalnya, harusnya sudah siap berhenti berlatih tentang
konsep tersebut dan beralih ke keterampilan selanjutnya. Jadi diferensiasi bukan dengan menambah
jumlah tugas yang sejatinya tidak efektif. (3) Pembelajaran berdiferensiasi
berakar pada penilaian, dalam pembelajaran berdiferensiasi, penilaian bukanlah sesuatu
yang mendominasi pada akhir sesi pembelajaran, namun penilaian secara rutin dilakukan pada awal untuk menentukan kebutuhan
khusus individu terkait dengan tujuan.
Penilaian juga
berlangsung sepanjang proses pembelajaran dengan berbagai macam tehnik, guru menilai
siswa berdasarkan tingkat kesiapan, minat dan cara belajarnya, kemudian guru mendesain
pengalaman belajar yang bisa mendukung pemahaman. Penilaian akhir dilakukan guru
sebagai bahan atau cara siswa mendemonstrasikan pemahaman terhadap apa yang telah
siswa pelajari. (4) Pembelajaran Berdiferensiasi menyediakan berbagai macam variasi
strategi pada konten, proses dan produk. Dengan memvariasikan ketiga bagian ini
dalam proses pembelajaran berdasarkan kebutuhan belajar setiap murid, maka murid
dapat mencapai kemerdekaan dan kesuskesan dalam belajarnya. (5) Pembelajaran berdiferensiasi
merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student centered. Hal ini dikarenakan
pembelajaran berdiferensiasi menekankan pada pemenuhan kebutuhan belajar setiap
individu, sehingga bisa belajar sesuai dengan
profil belajar, minat dan juga kesiapannya, dan guru berperan melakukan pembimbingan
dengan memvariasikan scaffolding atau bantuan belajar sesuai dengan kebutuhan belajar
setiap siswa tersebut.
Pembelajaran
berdiferensiasi memiliki ciri-ciri diantaranya sebagai berikut: (1) menciptakan
lingkungan belajar yang mendukung murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai
tujuan belajar yang tinggi serta memastikan setiap murid mengetahui selalu ada dukungan
untuk mereka di sepanjang prosesnya. (2) tujuan pembelajaran yang didefinisikan
secara jelas bagi guru dan murid. Dengan mendefiniskan tujuan pembelajaran secara
jelas bagi guru dan juga murid maka akan memudahkan siswa mencapai tujuan yang diharapkan
serta memudahkan guru mendesain strategi diferensiasi yang tepat. (3) penilaian
yang berkelanjutan, mencakup penilaian yang dilakukan dari awal, sepanjang proses
dan akhir proses pembelajaran dan bagaimana guru menggunakan informasi dari proses
penilaian formatif sebagai panduan
meannentukan mana siswa
yang masih tertinggal dan yang sudah untuk mencapai target. (4) Bagaimana merespon kebutuhan
belajar berkaitan dengan penyesuaian rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan
belajar murid. Misalnya, apakah perlu menggunakan sumber atau resources, atau penugasan
atau penilaian yang berbeda. (5) manajemen kelas yang efektif. Manajemen kelas yang
efektif sangat berperan penting dalam meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar.
Guru berperan penting dalam hal tersebut dengan merencanakan, memperhatikan, membangkitkan
minat, dan memelihara perilaku siswa dalam belajar.
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi harus memetakan kebutuhan belajar murid yang meliputi:
Kesiapan
belajar (readiness) adalah kapasitas untuk
mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid
akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar
yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.
Ada
banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa
merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk
mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat
Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid
akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan
produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili
beberapa perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan
murid. Dalam modul ini, kita hanya akan
membahas 6 perspektif dari beberapa contoh perspektif yang terdapat dalam Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson
(2001: 47).
Minat
merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi
atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri.Tomlinson (2001:
53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya
adalah sebagai berikut: (a) membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara
sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar, (b) mendemonstrasikan keterhubungan
antar semua pembelajaran; (c) menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid
sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau
baru bagi mereka, dan; (d) meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
Minat
sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif.
Yang
pertama sebagai minat situasional. Dalam perspektif ini, minat merupakan keadaan
psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang
dialami pada saat tertentu. Seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya
berbicara tentang topik hewan, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tentang
hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat menghibur, menarik
dan menggunakan berbagai alat bantu visual. Yang kedua, minat juga dapat dilihat
sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan
objek atau topik tertentu. Minat ini disebut juga dengan minat individu. Seorang
anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan tetap tertarik untuk
belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu guru yang mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara yang menarik atau menghibur. Karena minat adalah salah satu motivator
penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran, maka
memahami kedua perspektif tentang minat di atas akan membantu guru untuk dapat mempertimbangkan
bagaimana ia dapat mempertahankan atau menarik minat murid-muridnya dalam belajar.
Beberapa
cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya adalah dengan: (a) menciptakan situasi pembelajaran
yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor, menciptakan kejutan- kejutan,
dsb), (b) menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu
murid, (c) mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid, (d) menciptakan
kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based learning).
Profil
Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar.
Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan
profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara
natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak
sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil
belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan
mengajar mereka.
Strategi merupakan
hal penting yang perlu digunakan dalam pembelajaran diferensiasi, meliputi:
(1)
Diferensiasi
konten. Diferensiasi konten mencakup materi yang harus dipelajari murid atau bagaimana
murid akan mengakses kontent tersebut. Diferensiasi konten berdasarkan kesiapan,
misalnya, saat siswa yang masih tahap belajar secara konkret, maka guru perlu menyediakan
media manipulatif. Diferensiasi konten berdasarkan minat siswa dapat dilakukan dengan
cara misalnya, saat guru mengajar teks narasi, guru dapat menyediakan berbagai teks dengan topik yang sesuai dengan minat
murid. Dan Diferensiasi berdasarkan profil belajar misalnya murid dapat mengakses
konten atau materi ajar sesuai dengan
gaya belajar, misalnya yang visual, materi dapat diberikan dalam bentuk gambar,
sedangkan yang auditory, bisa dalam bentuk audio.
(2)
Diferensiasi proses.
Mengacu pada bagaimana murid memahami materi yang dipelajari. Diferensiasi proses,
dapat dilakukan dengan cara: (a) menggunakan kegiatan yang berjenjang, dimana semua
murid membangun pemahaman dan ketrampilan yang sama, namun dilakukan dengan berbagai tingkat dukungan, kompleksitas atau
bantuan yang berbeda. (b) murid diberikan pertanyaan pemandu yang diberikan sesuai dengan minatnya maupun level kemampuan,
dengan membuat sudut minat di kelas, murid bisa diberikan berbagai pertanyaan terkait
minatnya. (c) membuat agenda individual untuk murid, misalnya, guru membuat daftar
tugas yang berisi pekerjaan umum untuk seluruh kelas, maupun daftar pekerjaan yang
terkait dengan kebutuhan individual murid. (d) memvariasikan lama waktu yang siswa
dapat ambil dalam menyelesaikan tugas, untuk memberikan dukungan tambahan bagi,
atau mendorong murid yang cepat agar bisa mengejar topic secara lebih mendalam.
(e) mengembangkan kegiatan bervariasi yang mengakomodasi beragam gaya belajar, visual,auditory
dan kinestetik. (f) menggunakan pengelompokan yang fleksibel yang sesuai dengan
kesiapan, kemampuan , dan minat.
(3) Diferensiasi Produk. Mengacu pada hasil pekerjaan atau
unjuk kerja yang harus ditunjukkan oleh
murid, bersifat tangible atau ada wujudnya, misalnya dalam bentuk, karangan, tulisan,
pertunjukan, presentasi, pidato, hasil tes, diagram, rekaman, dan sebagainya. Yang terpenting produk, mencerminkan pemahaman
murid dan berhubungan dengan tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Diferensiasi produk meliputi
2 hal yaitu (a) memberikan tantangan dan keragaman atau variasi. (b) memberikan
murid pilihan bagaimana mengekspresikan pemahaman terkait materi yang diajarkan.
C. Mengapa Pembelajaran Berdiferensiasi Penting
Sebagai
seorang guru kita harus memahami perbedaan murid karena setiap murid adalah unik,
memiliki latar belakang dan minat yang berbeda. Setiap murid juga belajar dengan
kecepatan belajar yang berbeda baik dari segi tingkat dan kecepatan, maupun tingkat
kesiapan belajar yang berbeda, Setiap murid juga memiliki perbedaan cara berpikir,
ada yang sudah berpikir lebih konkret, namun
ada juga yang sudah berpikir abstrak, ada yang sudah mampu mandiri dalam
belajar namun ada juga yang belum mampu mandiri dan masih butuh banyak bantuan.
Jadi jelas, tidak semua siswa belajar dengan cara yang sama, dengan memetakan kebutuhan
belajar murid, maka kita bisa memvariasikan strategi dalam pembelajaran, dan memvariasikan
bantuan atau scaffolding yang diberikan kepada murid.
Sebuah
kelas yang berdiferensiasi haruslah didukung oleh komunitas belajar, dimana guru
memimpin murid-muridnya untuk mengembangkan sikap-sikap, kepercayaan dan praktek-praktek
yang mengembangkan komunitas belajar.
Ciri- ciri komunitas belajar yang efektif menurut Tomlinson (2001), yang mendukung
pembelajaran berdiferensiasi yaitu: (1) Iklim kelas yang mendukung, dimana semua orang dalam kelas disambut dengan baik.
(2) Setiap orang dalam kelas saling menghargai. (3) Murid akan merasa aman, baik
secara fisik maupun psikis.
(4) Ada harapan bagi pertumbuhan siswa sehingga
potensi anak bisa berkembang optimal. (4) Guru mengajar untuk mencapai kesuksesan. (5) Ada keadilan
dalam
bentuk nyata, dengan memastikan setiap kebutuhan belajar
siswa terpenuhi. (6) Guru dan siswa berkolaborasi atau bekerjasama
untuk kesuksesan bersama.
D. Kaitan
Pembelajaran Berdiferensiasi Dengan Modul 1 Pendidikan Guru Penggerak.
(1)
Keterkaitan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Filosofi
Ki Hadjar Dewantara Modul 1.1
Menurut
Ki hadjar Dewantara, setiap anak adalah makhluk yang memiliki kodrat masing-masing didalam dirinya, dan pendidikan
berperan penting dalam menuntun anak untuk mencapai kekuatan kodratnya. Pembelajaran
berdiferensiasi yang dilakukan oleh seorang guru menjadi jawaban atas kebutuhan
individu murid yang berbeda-beda berdasarkan
kodrat alam dan zamannya. Ada beberapa nilai utama dari filosofi KI Hadjar
yang berkaitan dengan pembelajaran berdiferensaisi
Ki
Hadjar menekankan peran guru dalam pendidikan sebagai penuntun anak didik dengan
menggunakan Sistem among yang menuntun anak
didk
berkembang
sesuai
kodratnya
dengan istilah yang Ki Hadjar gunakan yaitu “menghamba pada sang anak” yang diartikan
menuntun anak didik dengan penuh kasih sayang agar anak bisa berkembang sesuai kekuatan
kodratnya. Dalam pembelajaran berdiferensiasi peran guru sangat berperan penting dalam mengakomodasi kebutuhan belajar murid
yang beraneka ragam, dengan mencipatakan
lingkungan belajar yang mendukung anak anak berkembang sesuai kekuatan kodratnya.
Trilogi
pendidikan
ini
adalah:
tut
wuri
handayani
,
ing
madya mangun karsa ,
ing
ngarsa
sung
tulada.
Ketiga nilai ini merupakan landasan penting guru dalam menjalankan perannya agar
bisa memaksimalkan strategi untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap muridnya.
(2)
Keterkaitan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Nilai dan Peran Guru
Penggerak modul 1.2
Nilai-nilai
guru penggerak yang meliputi nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan
nilai yang berpihak pada murid, merupakan modal utama seorang guru yang harus dimiliki,
sehingga dengan nilai-nilai tersebut seorang guru penggerak diharapkan mampu mengemban
peran guru penggerak yang salah satunya
adalah menjadi pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus
memfokuskan pada pembelajaran yang berpihak pada murid dengan secara mandiri, reflektif,
kolaboratif, dan berinovasi dalam mendesain dan menerapkan ragam variasi strategi
yang tepat untuk memenuhi
kebutuhan belajar setiap muridnya.
(3)
Keterkaitan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Visi Guru Penggerak modul 1.3
Dalam
mewujudkan visi dapat dilakukan melalui sebuah pendekatan perubahan yang positif
dan konstruktif di sekolah yang tentunya membutuhkan waktu dan dilakukan bertahap.
Pendekatan yang digunakan adalah Inkuiri Apresiatif. Inkuiri Apresiatif dikenal
sebagai pendekatan manajemen perubahan
yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Inkuiri Apresiatif berusaha fokus pada kekuatan
yang dimiliki setiap stakeholder di sekolah dan menyatukannya untuk menghasilkan
kekuatan tertinggi. Bila sekolah lebih banyak membangun sisi positif yang dimilikinya,
maka kekuatan SDM dipastikan akan meningkat
dan berkembang secara berkelanjutan.
Peingkatan Kekuatan SDM dalam hal ini guru sangat membantu dalam mengimplementasikan
pembelajaran berdiferensiasi yang baik di sekolah.
(4)
Keterkaitan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan budaya positif modul 1.2
Penerapan budaya positif di dalam ruang kelas terutama
disiplin positif, membuat kesepakatan kelas dan menerapkan kontrol guru manager,
maka akan dapat mewujudkan terbentuknya
komunitas belajar yang mendukung ekosistem belajar yang berdiferensiasi. Dengan
menjadikan pemetaan kebutuhan belajar murid sebagai sebuah rutinitas yang selalu
dilakukan guru, sehingga bisa mewujudkan variasi strategi dalam memenuhi kebutuhan
belajar murid, dan konsistensi pembelajaran berdiferensiasi bisa terus di lakukan.
Terima
Kasih..
Salam Guru
Penggerak..
Wassalamu’alaikum.wr,wb.
Komentar
Posting Komentar